Selasa, 20 Agustus 2013

Cerita from Japan



Cerita dari Jepang
TAKAHASHI
Suatu pagi, ketika murid-murid sedang bermain di halaman sekolah, Kepala Sekolah berkata, “ Ini teman baru kalian. Nama keluarganya Takahashi. Dia akan bergabung dengan anak-anak kelas satu.”
Anak-anak, termasuk Totto-chan, memandangi Takahashi. Anak itu melepas topinya, membungkuk menghormat, dan berkata malu-malu, “Senang berkenalan dengan kalian.”
Totto-chan dan kawan-kawannya masih kecil karena baru kelas satu. Akan tetapi; Takahashi, meskipun laki-laki, tubuhnya jauh lebih kecil dari mereka. Lengan dan tungkai kakinya sangat pendek. Tangannya yang memegangi topinya juga pendek, tapi, bahunya kekar. Anak itu berdiri dengan wajah yang muram.
“Kita ajak dia bicara yuk,” kata Totto-chan pada Miyo-chan dan Sakko-chan. Mereka mendekati Takahashi. Melihat mereka dating, anak laki-laki itu tersenyum ramah. Totto-chan dan kawan-kawannya membalas senyumannya. Mata Takahashi bulat besar dan tampak hendak mengungkapkan sesuatu.
“Kau mau lihat-lihat kelas di gerbong kereta?” Totto-chan menawarkan.
“Hmm!” gumam Takahashi sambil memakai topinya kembali.
Totto-chan tak sabar ingin segera menunjukkan kelasnya. Ia berbalik, berjalan cepat menuju kelas, lalu memanggil Takahashi dari pintu gerbong, “Cepat!”
Takahashi tampak berjalan cepat tapi masih jauh dari gerbong.
“Aku datang,” katanya sambil berjalan tertatih-tatih, berusaha berlari.
Totto-chan menyadari bahwa meskipun Takahashi tidak menyeret kakinya seperti Yasuaki-chan yang menderita polio, dia membutuhkan waktu yang sama lamanya untuk sampai ke gerbong. Totto-chan menunggunya tanpa berkata apa-apa. Takahashi berlari secepat dia bisa. Totto-chan tak perlu berteriak, “Cepat!” karena Takahashi memang sedang bergegas secepat mungkin. Kakinya sangat pendek dan...
melengkung ke dalam. Para guru dan orang dewasa tahu pertumbuhan badannya sudah terhenti. Ketika melihat Totto-chan memandanginya, dia berusaha keras mempercepat langkahnya sambil menggoyangkan lengan. Ketika akhirnya sampai ke pintu gerbong, Totto-chan berkata, “Larimu cepat.” Kemudian Takahashi menjawab, “Aku dari Osaka.”
“Osaka?” seru Totto-chan penuh semangat. Osaka adalah kota impian yang belum pernah dilihatnya. Adik bungsu Mama-pamannya-seorang mahasiswa. Setiap kali datang berkunjung, pamannya itu selalu mengangkat kepala Totto-chan tinggi-tinggi dengan kedua tangannya sambil berkata,”Akan kuperlihatkan Osaka padamu. Kau bisa lihat Osaka!”
Itu permainan yang biasa dimainkan orang dewasa untuk anak-anak, tapi Totto-chan percaya pamannya. Kulit wajahnya tertarik sampai sakit, tapi dia selalu berusaha memandang ke kejauhan, mencari Osaka.
Sayangnya, dia tak pernah berhasil. Meski demikian, Totto-chan yakin, suatu hari dia pasti bisa melihat Osaka. Karena itu, setiap kali pamannya datang, Totto-chan berkata,”Perlihatkan Osaka padaku.” Begitulah, Osaka menjadi kota yang diimpi-impikan, dan Takahashi berasal dari sana!
“Ceritakan tentang Osaka,” katanya kepada Takahashi.
“Tentang Osaka?” Tanya anak itu sambil tersenyum senang. Suaranya jernih  dan terdengar dewasa. Tepat ketika itu lonceng berdentang, tanda jam pelajaran pertama dimulai.
“Sayang sekali,” kata Totto-chan. Takahashi masuk ke kelas dengan riang, tubuh mungilnya bergoyang-goyang, nyaris tertutup tasnya. Dia memilih duduk di bangku paling depan. Cepat-cepat Totto-chan duduk di sampingnya. Dia senang karena boleh duduk di mana saja yang disukainya. Dia todak ingin jauh-jauh dari kawan barunya itu. Lalu Takahashi pun menjadi salah satu sahabat Totto-chan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar